Sabtu, 08 Juni 2013

Hubungan Kantor Pusat dan Cabang II Akuntansi Keuangan



1.1 Latar Belakang
Didalam perkembangan usaha, perusahaan dapat beroperasi bukan hanya didalam lingkungan suatu kota, akan tetapi dapat juga beroperasi ke luar kota, ke luar daerah ataupun ke luar negeri.
Pada umumnya sebagai titik tolak perkembangan suatu usaha tersebut adalah perluasan daerah pemasaran.
            Pada saat meluasnya daerah pemasaran, maka akan menimbulkan masalah bagi pimpinan perusahaan. Akan tetapi masalah tersebut bisa diatasi dengan berbagai cara yang paling efektif dan ekonomis antara lain mengangkat pedagang keliling atau petugas bagian penjualan yang langsung mendatangani para langganan, penggunaan katalogus dengan pengiriman pesanan perpos dengan sistem konsinyasi dan lain-lain.
          Terkadang, cara tersebut tidak sesuai harapan pimpinan berhubung sangat besarnya perkembangan daerah pemasaran.
Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dibentuk pusat-pusat penjualan di dalam daerah tertentu yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan pemasaran. Pusat-pusat yang dibentuk dapat berupa agen atau cabang yang mempunyai fungsi pembelian ataupun penjualan.
 Dengan tema “Hubungan Kantor pusat dan cabang II” akan membahas tentang persoalan-persoalan khusus didalam akuntansi yang akan timbul pada saat perusahaan menggunakan sistem desentralisasi.
Dan hubungan tersebut menyangkut dalam hal pengiriman (transfer) uang antar cabang, pengiriman barang-barang antar cabang, barang-barang untuk cabng dinota diatas harga pokok.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa persoalan-persoalan yang menyangkut hubungan antara kantor pusat dan cabang?
2.      Bagaimana persoalan-persoalan tersebut bisa terjadi?
3.      Bagaimana pencatatan dalam buku kantor pusat dan kantor cabang?

1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui persoal-persoalan yang menyangkut  hubungan antara kantor pusat dan cabang.
2.      Untuk mengetahui sebab terjadinya persoalan-persoalan tersebut.
3.       Untuk mengetahui posisi keuangan kantor pusat dan kantor cabang.

1.4 Manfaat
1.      Mahasiswa dapat mengetahui persoalan yang menyangkut hubungan kantor pusat dan cabang.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui pada saat terjadinya persoalan-persoalan tersebut.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui pencatatan pembukuan kantor pusat dan cabang.

 

BAB 2. TINJUAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Kantor Pusat dan Cabang
Operasi Suatu Cabang
1.      Beroperasi sebagai unit usaha terpisah, dan di bawah pengendalian kantor pusat.
2.      Modal kerja (berupa uang tunai, barang-barang dagangan, aktiva lainnya ) diberi oleh kantor pusat.
3.      Barang dagangan dapat dibeli dari pihak ketiga, untuk jenis barang yang tersedia dari kantor pusat.
4.       Aktivitas penjualan yang dilaksanakan, dimulai untuk mendapatkan pembeli: mengirimkan barang / jasa ; membuat faktur penjualan ; menagih piutang ; menyimpan dalam rekening banknya sendiri.
5.       Pembatasan keleluasaan cabang operasi dapat dilakukan kantor pusat, seperti :
a.  Penerimaan kas dari hasil penjualan, pengumpulan piutang, setiap harinya harus disetorkan atas nama rekening kantor pusat dalam jumlah yang utuh.
b.  Pembentukan dana kas kecil untuk pengeluaran kas di cabang.
Akuntansi Suatu Cabang
1.        Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor pusat
Sifat kantor cabang memiliki sifat seperti agen, desentralisasi akuntansi (pelaksanaan jurnal, buku besar atau seperangkat buku yang terpisah) pada kantor pusat. Pencatatan data akuntansi kantor cabang diperoleh kantor pusat melalui dokumen asli dan ringkasan memo transaksi yang dilengkapi voucher, duplikat sebagai arsip cabang.
2.        Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor pusat dan kantor cabang
Pencatatan data akuntansi kantor cabang diperoleh kantor pusat melalui duplikat jurnal, pencatatan dokumen asli ke dalam jurnal dilakukan oleh kantor cabang. Pencatatan yang dilakukan kantor pusat ke dalam rekening kantor cabang yang terpisah atau dimasukkan ke dalam buku besar umum kantor pusat. Pada akhir periode akuntansi, kantor pusat melakukan penyesuaian  (adjusment) dan menutup pembukuan (closing) rekening kantor cabang untuk menetapkan besarnya laba-rugi cabang.
3.        Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor cabang
Pencatatan data transaksi ke dalam jurnal dan pemindah pembukuan ke dalam buku besar umum. Laporan keuangan disusun secara periodik untuk di kirim ke kantor pusat, dan laporan keuangan ini diperiksa oleh internal auditor kantor pusat. Penyelesaian penutupan saldo buku-buku dilakukan oleh kantor cabang, maka hubungan kantor cabang dan kantor pusat terlihat sebagai berikut :
a.       Kantor Cabang
Digunakan rekening Kantor Pusat (Home Office) untuk penghubung dengan Kantor Pusat. Rekening kantor pusat (Home Office) ini :
1)      Untuk kerugian operasi kantor cabang.
di Debet  : Untuk pengiriman uang yang dilakukan oleh kantor cabang ke kantor pusat.
2)      Untuk laba yang dihasilkan operasi kantor cabang.
di Kredit  : Untuk mencatat uang tunai, barang-barang dan aktiva lainnya yang diterima dari kantor pusat.
Rekening kantor pusat menunjukkan jumlah kewajiban kantor cabang.
a.       Kantor Pusat
Digunakan Rekening Timbal Balik (Reciprocal Account) disebut dengan rekening :
b.      Kantor Cabang (Branch Office), atau Investasi pada kantor cabang (Invesment in Branch)
Rekening kantor cabang ini :
1)      Untuk laba yang dihasilkan operasi kantor cabang.
di Debet  : Untuk pengiriman uang, barang-barang dan aktiva lainnya yang diserahkan ke kantor cabang.
2)      Untuk kerugian kantor cabang.
Kredit  : Untuk pengiriman uang tunai dari kantor cabang.
2.2 Laporan Keuangan kantor Pusat dan kantor Cabang
Laporan Keuangan Kantor Pusat
1.       Penyusunan dilakukan setiap akhir periode fiskal untuk memperlihatkan hasil operasi (perhitungan rugi laba) dan kondisi keuangan (neraca).
  1. Rekening investasi pada kantor cabang (Invesment in Branch) terlihat sebagai aktiva (Assets) pada neraca kantor pusat.
  2. Penghasilan masing-masing kantor cabang dapat diperlihatkan pada laporan pendapatan (perhitungan rugi laba) kantor pusat. 
Laporan Keuangan Kantor Cabang.
1.       Penyusunan dilakukan setiap akhir periode fiskal
2.       Neraca saldo cabang dapat dilampirkan sebagai daftar pendukung saldo investasi pada kantor cabang.
3.       Perhitungan rugi laba kantor cabang dapat dilampirkan pada laporan pendapatan (perhitungan rugi laba) kantor pusat.
2.3  Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan Kantor Pusat dan Cabang.
1.    Tujuan Penyusunan Penggabungan Laporan Keuangan
Penggabungan laporan keuangan (Neraca dan Perhitungan Rugi Laba) kantor pusat dan kantor cabang dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh dari suatu unit usaha, yang diperlukan para pemegang saham, kreditur dan kantor-kantor pajak.

2.    Persiapan Penggabungan Laporan Keuangan
Persiapan penggabungan laporan keuangan harus memperhatikan rekening-rekening (account) yang bersifat timbal balik (reciprocal). Rekening-rekening reciprocal harus dihapuskan (Elimination) pada neraca dan perhitungan rugi laba, yaitu :
a. Eliminasi untuk rekening-rekening reciprocal pada neraca:
1. Rekening kantor pusat di dalam neraca kantor cabang & rekening kantor cabang didalam neraca kantor pusat.
2. Rekening hutang dan piutang kantor pusat dan kantor cabang:
b. Eliminasi untuk rekening-rekening reciprocal pada perhitungan rugi laba:
1. Rekening pengiriman barang dagangan ke kantor cabang di dalam perhitungan rugi laba kantor pusat dan rekening pengiriman barang dagangan dari kantor pusat di dalam perhitungan rugi laba kantor cabang.
2. Rekening pendapatan dan biaya lainnya yang terjadi akibat transaksi di antara kantor pusat dan kantor cabang.

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Persoalan-persoalan hubungan kantor pusat dan cabang
            Persoalan-persoalan khusus di dalam akuntansi biasanya timbul (perusahaan menggunakan sistem Desantralisasi), apabila hubungan antara kantor pusat dan cabang menyangkut hal-hal berikut:
a.   Pengiriman uang tunai antar cabang (Interbranch Transfer of Cash)
b.      Pengiriman barang-barang antar cabang (Interbranch Transfer of Merchandise)
c.       Barang-barang yang dikirim untuk cabang dinota diatas harga pokok
1.  Pengiriman Uang Tunai Antar Cabang
a. Hubungan Umum: Kantor cabang mempunyai hubungan dengan kantor pusat  dan pihak luar untuk transaksi kas.
b. Hubungan khusus: Kantor pusat dapat meminta dan menyetujui kepada satu kantor.
2.    Pengiriman Barang Dagang Antar Cabang
a.       Hubungan Umum: Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang.
b.      Hubungan Khusus: Kantor pusat dapat meminta dan menyetujui pengiriman barang dagangan dari satu kantor cabang ke kantor cabang lainnya.
c.       Masalah Khusus: “Biaya Angkut ( Freight Charges )”
Yang dibebankan kepada dan dibayar oleh kantor cabang yang Mengirim kepada kantor cabang yang menerima, serta perhitungan pembebanan biaya angkut di kantor pusat, diantaranya:
a.       Kantor cabang yang mengirim barang dagangan membayar biaya angkut dan memperhitungkan sebagai beban kantor pusat.
b.      Kantor cabang yang menerima barang dagangan dibebankan biaya angkut yang normal, seperti halnya menerima barang dagangan dari kantor pusat.
c.       Kantor pusat memperhitungkan biaya angkut untuk pengiriman barang antar cabang ke dalam rekening Yaitu: Kelebihan biaya angkut dari biaya angkut yang normal.
Dalam penyusunan perhitungan rugi-laba kantor pusat, rekening “kelebihan biaya angkut untuk pengiriman barang dagangan antar kantor cabang” dilaporkan sebagai subtraksi dari ikhtisar pendapatan kantor cabang (Summary of Branch Earnings) dibagian bawah dari perhitungan rugi-laba.
3.    Barang-barang untuk cabang dinota diatas harga pokok.
Barang-barang yang dikirim oleh kantor pusat ke cabang-cabang dinota diatas harga pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut:
1. Dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok (Billing at an arbitrary rate above cost).
a.       Hubungan umum : Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang.
b.      Hubungan khusus :Kantor pusat menetapkan harga dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok untuk setiap pengiriman barang dagangan ke kantor cabang.
Prosedur akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang:
a.       Pada saat pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang. Peristiwa ini terjadi selama periode akuntansi.
b.       Pada saat pelaporan nilai persediaan barang dagangan oleh kantor cabang ke kantor pusat. Peristiwa ini terjadi pada akhir periode akuntansi, dan kantor cabang mengirimkan pelaporan laba / rugi bersih.
2. Dinota dengan harga jual eceran (Billing at retail sales price).
a.     Hubungan Umum : Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang.
b.    Hubungan Khusus : Kantor pusat menetapkan dinota dengan harga jual eceran untuk setiap pengiriman barang dagangan ke kantor cabang berdasarkan harga jual eceran.
Prosedur akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang:
a.     Pada saat pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang, terjadi selama periode akuntansi. Akuntansi di HO dan BO sama dengan harga dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok.
b.     Pada saat pelaporan nilai sisa persediaan barang dagangan sekaligus pelaporan laba bersih oleh kantor cabang ke kantor pusat, terjadi pada akhir periode akuntansi. Akuntansi di HO dan BO sama dengan harga dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok.
3.2 Persoalan-persoalan khusus terjadi
a. Pengiriman Uang antar cabang
Pengiriman uang antar cabang (Interbranch transfer of cash) ini terjadi apabila apabila perusahaan mempunyai cabang lebih dari satu. Untuk mengendalikan aktifitas tiap-tiap cabangnya, biasanya kantor pusat mengadakan pembatasan-pembatasan yang menyangkut hubugan antara cabang tertentu dengan cabang lainnya. Pembatasan yang diadakan itu berhubungan dengan otorisasi terhadap transaksi yang terjadi antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tersebut. Otorisasi terhadap transaksi demikian biasanya berada pada kantor pusat. Dari segi akuntansinya, meskipun tiap-tiap cabang dianggap sebagai unit usaha yang berdiri sendiri (sistem desantrilisasi), namun demikian pengecualian terhadap transaksi antar cabang seperti itu diadakan agar hasil usaha tiap-tiap cabang dapat lebih dikontrol oleh pusat.
b. Pengiriman barang antar cabang
Seperti halnya pengiriman uang antar cabang, dalam hal pengiriman barang antar cabang (Interbranch transfer of merchandise), maka otorisasi terjadinya transaksi tersebut, biasanya ada pada kantor pusatnya. Terdapat persoalan tersendiri apabila terjadi pengiriman barang dari cabang tertentu kepada cabng lainnya.
Persoalan itu adalah tentang perlakuan akuntansi terhadap biaya pengangkutan barang-barang yang bersangkutan. Dalam hal pengiriman barang-barang dari kantor pusat ke suatu cabang biasanya ongkos-ongkos pengangkutan untuk barang-barang tersebut diperhitungkan dan menjadi beban kantor cabang, yaitu ditambahkan pada harga barang-barang yang bersangkutan.
c. Barang-barang untuk cabang dinota diatas harga pokok
            Barang-barang yang dikiri oleh kantor pusat ke cabang-cabang yang dinota diatas harga pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut:
1. Barang-barang untuk cabang dinota dengan tambahan %tertentu diatas harga pokok dengan tujuan antara lain:
a.       Untuk dapat mengontrol/mengendalikan para pejabat dicabang, sehingga dapat diperoleh gambaran yang konkrit tentang hasil-hasil usahanya.
b.      Untuk dapat menutup sebagian ongkos-ongkos pengurusan dan pengawasan serta administrasi yang menyangkut hubungan antara kantor pusat dan cabang.
Dengan menentukan harga barang-barang untk cabang diatas harga pokoknya, sebenarnya bahwa laba yang dilaporkan adalah lebih rendah dari yang sesungguhnya terjadi. Demikian pula laporan persediaan akhir barang-barang yang yang ada di cabang-cabang tidak sesuai dengan harga pokonya. Informasi terhadap harga pokok dan persediaan barang dagangan yang berada dikantor cabangnya itu tetap harus dikumpulkan oleh kantor pusat, kaena merupakan data penyesuaian atas hasil usaha cabang yang bersangkutan.
Selisih yang terjadi antara “harga pokok” menurut kantor pusat dengan “harga dalam nota” untuk cabang (selisih antara cost dan billed price) ditampung dalam rekening: cadangan (selisih) kenaikan harga barang-barang cabang (Allowance for overvaluation of branch merchandise).
2. Brang-barang untuk cabang dinota dengan harga jual eceran dengan tujuan antara lain:
a. Untuk lebih memperketat kontrol dan mendapatkan informasi yang lengkap tentang hasil-hasil operasi cabang.
b. Oleh karena harga jual eceran telah ditetapkan, maka apabila ada laporan penjualan dari cabang, dapat segera diperkirakan saldo persediaan yang ada dicabang tanpa menunggu sampai dengan laporan tentang persediaan itu dibuat.
c. Mempermudah untuk pencocokan didalam mengadakan investarisasi phisik barang di cabang, dimana jumlah persediaan phisik hars sama dengan perbedaan antara harga yang dinota oleh kantor pusat dikurangi penjualan bersih yang dilaporkan.
d. Melaksanakan kebijaksanaa harga jual yang sama terhadap beberapa daerah pemasaran tertentu.
Apabila barang-barang untuk cabang dinota dngan harga jual eceran,maka harga pokok penjualan dicabang otomatis, sama dengan penjualannya. Aktivitas cabang akan menunjukkan kerugian dan kerugian cabang tersebut sama dengan jumlah seluruh biaya usaha.
Laba atau rugi usaha yang sesungguhnya dari usaha yang sesungguhnya dari usaha cabang hanya akan dapat diketahui oleh kantor pusat. Pencatatan yang ada dikantor cabang yang tidak dapat menunjukkan rugi dan laba usahanya itu, hanya dipakai untuk tujuan-tujuan statistik dan perbandingan belaka.


3.3 Pencatatan dalam pembukuan kantor pusat dan kantor cabang
a. Pengiriman Uang antar cabang
Suatu perusahaan yang berkantor pusat di Yogyakarta memerintahkan kepada cabang Bandung untuk mengirimkan uang sebesar Rp. 100.000,00 kepada cabang Semarang.
Sesuai dengan uraian tersebut diatas, maka pencatatan yang diperlukan oleh masing-masing pihak yang terlihat dalam transaksi ini adalah sebagai berikut:
Buku-buku Kantor Pusat
R/K Kantor Cabang Semarang

 Rp  100.000


R/K Kantor Cabang Bandung

 Rp   100.000

Cabang Bandung
R/K Kantor Pusat

 Rp      100.000


Kas

 Rp       100.000

Cabang Semarang
Kas

 Rp      100.000


R/K Kantor Pusat

 Rp       100.000

b. Pengiriman barang antar cabang
Apabila terjadi pengiriman barang-barang untuk cabang  atas perintah kantor pusat, maka perlakuan terhadap ongkos angkut (pengiriman) diatur sebagai berikut:
a.       Ongkos angkut barang-barang dari cabang tertentu ke cabang yang lain itu dibayar lebih dulu oleh cabang yang mengirim dan nantinya akan diperhitungkan sebagai beban kantor pusat.
b.      Pembebenan ongkos angkut untuk cabang yang menerima barang-barang kiriman itu diperhitungkan sesuai dengan ongkos angkutapabila kantor pusat mengirimkan langsung kepada cabang penerima.
c.       Dalam buku-buku kantor pusat, selisih yang terjadi dalam perhitungan pembebenan ongkos angkut antar cabang itu diperlakuan sebagai “Selisih ongkos angkut barang-barang antar cabang” (Excess Freigh On Interbranch Transfer of Merchandise).
Contoh:
PT. Aneka Batik di Yogyakarta, mengirimkan sejumlah barang kecabang di Semarang seharga Rp. 500.000 Ongkos angkut barang tersebut dari Yogyakarta ke Semarang adalah Rp. 25.000.
Beberapa hari kemudian oleh karena ada perubahan kebijaksanaan, kantor pusat memerintahkan kepada cabang Semarang, agar barang-barang yang baru diterima dikirimkan kecabang Bandung seluruhnya, cabang Semarang melaksankan perintah tersebut dan membayar ongkos angkut sebesar Rp. 60.000
Apabila kantor pusat langsung mengirim barang-barang tersebut dari Yogyakarta ke Bandung hanya memerlukan ongkos angkut Rp.70.000
            Pencatatan pada buku-buku kantor pusat, cabang Semarangdan Cabang Bandung akan nampak sebagai berikut:
Pencatatan pada Buku-buku Kantor Pusat
Transaksi-Transaksi
Jurnal
1. Pengiriman barang-barang kecabang Semarang, dengan harga pokok, sebesar Rp.500.000 dan ongkos angkut Rp. 25.000 telah dibayar
R/K Kantor cabang Semarang

 Rp       525.000


Pengiriman barang kecabag Semarang

 Rp    500.000

Kas

 Rp      25.000
2. Kantor pusat memerintahkan kepada cabang Semarang, agar barang yang baru diterimanya seharga Rp. 500.000 dikirimkan ke cabang Bandung
a. Pengiriman barang kecabang Semarang

 Rp       500.000


Pengiriman barang kecabag Bandung

 Rp    500.000
b. R/K kantor cabang bandung

 Rp       570.000

Selisih ongkos angkut barang antar cabang

 Rp         15.000


Kantor cabang Semarang

 Rp    585.000



Pencatatan pada Buku-buku Cabang Semarang
Transaksi-Transaksi
Jurnal


1. Penerimaan barang-barang dari kantor pusat,  seharga Rp.500.000 dengan ongkos angkut Rp. 25.000
Penerimaan barang-barang dari kantor pusat

 Rp       500.000

 Ongkos angkut barang masuk (Freight In)

 Rp         25.000


R/K Kantor pusat

 Rp        525.000
2. Pengiriman barang-barang ke cabang Bandung atas perintah kantor pusat.
Barang-barang yang dikirim seharga Rp. 500.000 dengan ongkos angkut ke Bandung sebesar Rp. 60.000
R/K Kantor pusat

 Rp       585.000


Pengiriman barang-barang dari kantor pusat

 Rp        500.000

 Ongkos angkut barang masuk

 Rp          25.000

 Kas

 Rp          60.000

Pencatatan pada Buku-buku Cabang Bandung
Transaksi-Transaksi
Jurnal
1. Penerimaan barang-barang dari cabang Semarang tas perintah Kantor Pusat,  seharga Rp.500.000 dan ongkos angkut normal dari Yogyakarta-Bandung Rp. 70.000
Pengiriman barang dari kantor pusat

 Rp       500.000

 Ongkos angkut barang masuk (Freight In)

 Rp         70.000


R/K Kantor pusat

 Rp        570.000

Keterangan:
            Didalam laporan keuangan kantor pusat secara individual saldo rekening “Selisih ongkos angkut antar barang antar cabang” dapat dicantumkan sebagai pengurang daripada rugi-laba cabang penerima yang terakhir.
Akan tetapi dalam laporan keuangan gabungan (Perhitungan rugi-laba gabungan), saldo “Selisih ongkos angkut barang-barang antar cabang” tersebut dapat dicantumkan/dicatat sebagai bagian dari: harga pokok yang dijual, biaya penjualan, ataupun biaya administrasi & umum.
Masalah alokasi pembebanan ini tergantung kepada bagian yang bertanggung jawab atas transfer barang-barang tersebut.  
c. Brang-barang untuk cabang dinota diatas harga pokok
1. Barang-barang untuk cabang dinota dengan tambahan %tertentu diatas harga pokok.
Contoh:
            Barang-barang yang harga pokoknya (cost) Rp. 500.000 dikirimkan oleh kantor pusat kepada cabangnya, dengan harga setelah dinaikkan 25% dari harga pokok atau sejumlah Rp. 625.000.
Pencatatan pada buku-buku kantor pusat dang cabang akan tampak sebagi berikut:
Transaksi-Transaksi
Buku-buku kantor pusat



Pengiriman barang-barang dari cabang harga pokok  Rp.500.000 dinota seharga Rp. 625.000
R/K Kantor cabang

 Rp       625.000


Pengiriman barang-barang ke kantor cabang

Rp         500.000

Cadangan kenaikan harga barang-barang cabang

 Rp        125.000

Transaksi-Transaksi
Buku-buku Kantor Cabang

Pengiriman barang-barang dari cabang harga pokok  Rp.500.000 dinota seharga Rp. 625.000
Pengiriman barang-barang ke kantor cabang

 Rp          625.000


R/K Kantor cabang

 Rp    625.000

Keterangan:
            Apabila barang telah laku dijual oleh cabang, maka laba yang diakui oleh kantor pusat disamping selisih antara harga jual cabang dengan harga dinota, juga diperhitungkan cadangan kenaikan harga yang ada. Sesuai dengan jumlah yang terjual menurut laporan dari cabang yang bersangkutan. Biasanya perhitungan untuk mengurangi “Cadangan kenaikan harga barang-barang cabang” dilakukan pada akhir periode.
Rekening cadangan kenaikan harga barng-barang cabang ini dikurangi proporsional degan jumlah yang terjual, sehingga saldonya menjadi sejajar dengan tambahan/kenaikan harga atas persediaan yang masih ada di cabang.


Contoh:
            Misalnya pengiriman barang seperti contoh dimuka dari harga pokok sebesar Rp. 500.000 dengan harga nota untuk cabang Rp. 625.000, pada akhir periode kantor cabang melaporkan bahwa persediaan barang yang ada seharga Rp. 400.000, sedang laporan perhitungan laba rugi cabang menunjukkan laba bersih Rp. 50.000.
Pencatatan pada buku-buku kantor pusat dan cabang akan tampak sebagai berikut:
Transaksi-Transaksi
Buku-buku Kantor Pusat
1. Laporan perhitungan Rugi-Laba menunjukkan laba bersih Rp. 50.000
R/K Kantor cabang

 Rp         50.000


Rugi-Laba Kantor Cabang

 Rp          50.000
2. Penyusuaian saldo cadangan dengan kenaikan barang-barang cabang dengan saldo persediaan barang-barang dikantor cabang dan koreksi terhadap laba cabang
Cadangan kenaikan harga barang-barang cabang

 Rp         45.000


Rugi-Laba Kantor Cabang

 Rp          45.000
3. Menutup Rugi-Laba cabang ke Rugi-Laba Umum
Rugi-Laba Kantor cabang

 Rp         95.000


Rugi Laba

Rp           95.000

Transaksi-Transaksi
Buku-buku Kantor Cabang
1. Laporan perhitungan Rugi-Laba menunjukkan laba bersih Rp. 50.000
Rugi-Laba  

 Rp         50.000


Rugi-Laba Kantor Pusat

 Rp          50.000
2. Penyusuaian saldo cadangan dengan kenaikan barang-barang cabang dengan saldo persediaan barang-barang dikantor cabang dan koreksi terhadap laba cabang
-
-
-
-
-
-
-
-
3. Menutup Rugi-Laba cabang ke Rugi-Laba Umum
-
-
-
-
-
-
-
-

Dari jurnal-jurnal tersebut diatas,  dan berdasarkan laporan dari cabang, barang-barang yang terjual adalah sebesar Rp. 225.000 (Rp. 625.000,00-Rp.  400.000)
Barang seharga Rp. 225.000 kini adalah berdasarkan harga nota dari kantor pusat setelah ditambah kenaikan harga sebesar 25%.
Jadi harga pokok sebenarnya dari jumlah tersebut adalah:
100/125 x RP 225.000 = Rp 180.000.
Dengan demikian maka kenaikan harga untuk barang-barang yang telah terjual oleh cabang adalah sebesar Rp. 45.000 (Rp. 225.000-Rp. 180.000).
Oleh karena itu rekening “Rugi-Laba Cabang” dikoreksi dengan ditambah (dikredit) sejumlah Rp 45.000. Saldo rekening Cadangan kenaikan harga barang-barang cabang” pada akhir periode tinggal: Rp. 80.000 (Rp. 125.000- Rp. 45.000)
Jumlah ini akan proposional dengan saldo persediaan di cabang yang berjumlah sebesar Rp 400.000,00 di mana di dalamnya terkandung kenaikan harga sebesar 25% dari harga pokoknya.

Laporan keuangan gabungan apabila barang-barang cabang dinota diatas harga pokok.
            Penyusunan laporan keuangan gabungan untuk barang yang dikirimkan antar cabang dicatat dengan harga pokoknya (at cost), relatif lebih mudah seperti dijelaskan pada bab sebelumnya.
            Apabila barang-barang untuk cabang dinota dengan harga yang berbeda dari harga pokoknya, maka akan timbul persoalan-persoaln khsus didalam penyusunan laporan keuangan gabungan.
Persoalan-persoalan khusus yang perlu diperhatikan antara lain:
1.      Persediaan akhir barang-barang pada neraca kantor cabang yang nilainya berbeda dari harga pokok sebenarnya, harus dinyatakan kembali dalam nilai harga pokok semula, agar memungkinkan penyusunan neraca gabungan.
2.      Persediaan awal dan akhir barang-barang pada laporan perhitungan rugi/laba cabang harus dinyatakan kembali dalam harga pokok yang sebenarnya.
3.      Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan biasanya daftar lajur (working papers) dibuat atas dasar data neraca sisa dari usat dan cabangnya 
Agar dapat diperoleh gambaran yang lebih lengkap di bawah ini diberikan contoh sebagai berikut :
Contoh 5 :
PT Artha, di Jakarta mempunyai sebuah cabang di Medan.Terhadap barang-barang yang dikirim ke cabangnya, PT Artha membebankna harga barang-barang tersebut 125% dari harga pokoknya.Di samping menerima barang-barang dari kantor pusat, cabang Medan diberi kebebsan pula untuk membeli barang lokal yang diperlukannya.
Berikut ini adalah neraca sisa PT di Jakarta beserta cabangnya di Medan untuk periode akhir tahun buku 2012:
PT. ARTHA
Neraca Sisa, per 31 Desember 2012

Kantor Pusat Jakarta
Kantor Cabang Medan
Debit:




Kas
Rp           352.000
 Rp        189.000

Piutang Dagang
 Rp          280.000
 Rp        150.000

Persediaan Barang 1 Januari 2012
 Rp          400.000
 Rp        180.000

Aktiva Tetap
 Rp          120.000
 Rp           90.000

R/K Kantor Cabang Medan
 Rp          434.000
 Rp                     -

Pembelian
 Rp          880.000
 Rp         100.000

Pengiriman Barang dari Kantor Pusat Jakarta
 Rp                      -
 Rp         240.000

Macam-Macam Biaya Usaha
 Rp          200.000
 Rp           80.000

Deviden yang dibagi
 Rp            80.000
 Rp                     -

Jumlah
 Rp        2.746.000
 Rp      1.029.000
Kredit:




 Cadangan Kenaikan Harga Barang-barang cabang
 Rp            68.000
 Rp                     -

 Aktiva Depresiasi Aktiva Tetap
 Rp            60.000
 Rp           45.000

 Hutang Dagang
 Rp          280.000
 Rp           50.000

 Pengiriman Barang-barang ke Cabang Medan
 Rp          192.000
 Rp                     -

 Penjualan
 Rp       1.200.000
 Rp         500.000

 Modal Saham
 Rp          800.000
 Rp                     -

 Laba yang ditahan, 1 januari 2012
 Rp          146.000
 Rp                     -

 R/K Kantor Pusat Jakarta
 Rp                      -
 Rp         434.000

Jumlah
 Rp        2.746.000
 Rp      1.029.000
Diketahui bahwa pada tanggal 31 Desember 2012, persediaan barang yang ada pada masing-masing pihak adalah:
Kantor Pusat Jakarta
Kantor Pusat Jakarta
Kantor Cabang Medan
Harga Pokok (dibeli dari luar)
 Rp               320.000
 Rp                  40.000
Harga Nota (dibeli dari pusat)
 Rp                            -
 Rp                  80.000
Jumlah
 Rp               320.000
 Rp                120.000
Atas dasar data tersebut di atas, maka daftar lajur dan laporan keuangan yang disusun dari daftar lajur tersebut dapat dilihat pada halaman – halaman yang berikut ini :
PT. ARTHA
Daftar lajur Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan Kantor Pusat dan Cabang
Per 31 Desember 2012

Kantor Pusat
Kantor Cabang
Penyerahan&Eliminasi
Rugi-Laba Gabungan
Laba yang ditahan
Neraca Gabungan
D
K
D
K
D
K
D
K
Debit:










Kas
352
189
-
-
-
-
-
-
541
-
Piutang Dagang
280
150
-
-
-
-
-
-
430
-
Persediaan Barang 1 Jan
400
180
-
20
560
-
-
-
-
-
Aktiva Tetap
120
90
-
-
-
-
-
-
210
-
R/K Kantor Cabang Medan
434
-
-
434
-
-
-
-
-
-
Pembelian
880
100
-
-
980
-
-

-
-
Pengiriman Barang dari Kantor Pusat Jakarta
-
240
-
240
-
-
-
-
-
-
Macam-Macam Biaya Usaha
200
8
-
-
280
-
-
-
-
-
Deviden yang dibagi
80
-
-
-
-
-
80
-
-
-
Jumlah
2.746
1.029








Persediaan Barang-barang, 31 Des 2012
320
120
-
16
-
-
-
-
424
-
Kredit:










Cadangan Kenaikan Harga brg.Cabang
68
-
48
-
-
-
-
-
-
-
20
Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap
60
45
-
-
-
-
-
-
-
105
Hutang
280
50
-
-
-
-
-
-
-
330
R/K Kantor Pusat
-
434
434
-
-
-
-
-
-
-
Modal Saham
800
-
-
-
-
-
-
-
-
800
Laba yang ditahan, 1 Jan 2012
146
-
-
-
-
-
-
146
-
-
Penjualan
1.200
500
-
-
-
1.700
-
-
-
-
Pengiriman Barang-barang ke Cabang Medan
192
-
192
-
-
-
-
-
-
-
Persediaan Barang-barang, 31 Des 2012
2.746
1029








Laporan Rugi-Laba
320
120
16
-
-
424
-
-
-
-



710
710
1.820
2.124
80
146
1.605
1.235
Laba Bersih dipindah ke Laba yang ditahan




304
-
-
304
-
-





2.124
2.124




Saldo Laba yang ditahan dipindah ke Neraca






370
-
-
370







450
450
1.605
1.605

Penjelasan (untuk Penyesuaian dan Eliminasi)
1)      Rekening-rekening Neraca yang sifatnya timbal-balik (reciprocal) dieliminasi dengan jurnal:
           R/K Kantor Pusat                                         Rp. 434.000
                 R/K Kantor Cabang Medan                                       Rp. 434.000
2)      Saldo rekening Rugi-Laba yang sifatnya timbal-balik antara Kantor Pusat dan Cabang dieliminasi dengan jurnal:
         Pengiriman Barang-barang ke
         Cabang Medan                         Rp. 192.000
         Cadangan Kenaikan Harga
         Barang-barang Cabang
         (25% x Rp. 192.000)                  Rp.  48.000
               Pengiriman barang-barang
               Dari Kantor Pusat                                        Rp. 240.000
3)      Saldo awal rekening “Cadangan Kenaikan Harga Barang-barang Cabang” pada 1-1-2012 adalah sebesar Rp. 20.000. Kenaikan ini diperhitungkan atas saldo awal persediaan barang-barang yang masih ada di Cabang  Medan.
Oleh karena itu saldo kenaikan harga ini harus dieliminasi dengan jurnal :
         Cadangan Kenaikan Harga Barang-
         barang cabang                                  Rp. 20.000
                  Persediaan Brang-barang
                  1-1-2012                                                    Rp. 20.000
4)      Persediaan akhir barang-barang yang ada di Cabang, yang asalnya dari Kantor Pusat, baik untuk kepentingan perhitungan Rugi-Laba maupun Neraca Cabang, masih mengandung unsur kenaikan harga sebesar 25%.
Barang-barang dari Kantor Pusat yang ada di Cabang adalah sebesar harga nota Rp. 80.000.
Berhubung dengan itu unsur kenaikan itu harus dieliminasi degan jurnal:
Persediaan barang-barang
31-12-2012 (Laporan Rugi-Laba)       Rp. 16.000
            Persediaan barang-barang
            31-12-2012 (Neraca)
            (25/125 x Rp. 80.000 = Rp. 16.000)               Rp.16.000
Tentang Proses penutupan buku-buku baik di Cabang dan di Kantor Pusat untuk mengikhtisarkan rekening Rugi-Laba serta pemindahannya ke Rekening Kantor Pusat maupun Laba yang Ditahan dilakukan seperti biasa.

Adapun Laporan Perhitungan Rugi-Laba gabungan Laporan Laba yang ditahan dan Neraca Gabungan yang disusun dari daftar lajur tersebut adalah sebagai berikut:
PT. ARTHA
Laporan Rugi Laba Gabungan
Kantor Pusat dan Cabang
Per Tahun Buku 2012
Penjualan                                                                                             Rp. 1.700.000
Harga Pokok Penjualan:
            Persediaan barang-barang, 1-1-2012               Rp.    960.000
            Pembelian                                                        Rp.    980.000
                                                                                    Rp. 1.540.000
            Persediaan Barang-barang, 31-12-2012          Rp.    424.000
                                                                                                            Rp. 1.116.000
            Laba Kotor Penjualan                                                             Rp.     584.000
Macam-macam Biaya Usaha                                                               Rp.     280.000
Laba Bersih                                                                                         Rp.     304.000


PT. ARTHA
Laporan Laba yang Ditahan
Kantor Pusat dan Cabang
Per 31 Desember 2012
Saldo Laba yang Ditahan, 1-1-2012                                                   Rp. 146.000
Laba Bersih Tahun 2012                                                                     Rp. 304.000
                                                                                                            Rp. 450.000
Dikurangi: Dividen yang dibagi                                                         Rp.   80.000
Saldo Laba yang Ditahan 31-12-2012                                                Rp. 370.000



PT. ARTHA
Neraca Gabungan Kantor Pusat dan Cabang
Per 31 Desember 2012
Aktiva
Passiva
Kas
 Rp                 541.000
Hutang Dagang
 Rp                  330.000
Piutang Dagang
 Rp                 430.000
Modal Saham
 Rp                  800.000
Persediaan Barang-barang
 Rp                 424.000
Laba yang Ditahan
 Rp                  370.000
Aktiva Tetap  Rp.210.000



Akum. Depr. (Rp.105.000)




 Rp                 105.000


Jumlah Aktiva
 Rp             1.500.000
Jumlah Passiva
 Rp             1.500.000


BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
            Setiap Hubungan Kantor Pusat dan Cabang, akan ada persoalan-persoalan khusus di dalam akuntansi yang terjadi di perusahaan tersebut.
Dan persoalan-persoalan yang terjadi didalam akuntansi akan dicatat dalam pembukuan dengan menggunakan Sistem Desentralisasi yang artinya setiap susunan dan klasifikasi rekening-rekening pembukuan pada tiap-tiap kantor cabang mengikuti dan sesuai dengan susunan & klasifikasi yang dipakai pada kantor pusatnya.

2 komentar:

  1. Terima kasih banyak, exactly what I need :')

    BalasHapus
  2. Cukup bagus, namun penjelasan mengenai R/K Pusat-Cabang perlu mendetil lagi

    BalasHapus

 

Template Design By:
SkinCorner