1.1 Latar Belakang
Didalam perkembangan usaha, perusahaan
dapat beroperasi bukan hanya didalam lingkungan suatu kota, akan tetapi dapat
juga beroperasi ke luar kota, ke luar daerah ataupun ke luar negeri.
Pada umumnya sebagai titik tolak perkembangan
suatu usaha tersebut adalah perluasan daerah pemasaran.
Pada
saat meluasnya daerah pemasaran, maka akan menimbulkan masalah bagi pimpinan
perusahaan. Akan tetapi masalah tersebut bisa diatasi dengan berbagai cara yang
paling efektif dan ekonomis antara lain mengangkat pedagang keliling atau
petugas bagian penjualan yang langsung mendatangani para langganan, penggunaan
katalogus dengan pengiriman pesanan perpos dengan sistem konsinyasi dan
lain-lain.
Terkadang, cara tersebut tidak sesuai harapan pimpinan berhubung sangat
besarnya perkembangan daerah pemasaran.
Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dibentuk
pusat-pusat penjualan di dalam daerah tertentu yang merupakan sarana untuk
mencapai tujuan pemasaran. Pusat-pusat yang dibentuk dapat berupa agen atau
cabang yang mempunyai fungsi pembelian ataupun penjualan.
Dengan tema “Hubungan Kantor pusat dan cabang
II” akan membahas tentang persoalan-persoalan khusus didalam akuntansi yang
akan timbul pada saat perusahaan menggunakan sistem desentralisasi.
Dan hubungan tersebut menyangkut dalam hal
pengiriman (transfer) uang antar cabang, pengiriman barang-barang antar cabang,
barang-barang untuk cabng dinota diatas harga pokok.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa persoalan-persoalan yang menyangkut
hubungan antara kantor pusat dan cabang?
2.
Bagaimana persoalan-persoalan tersebut
bisa terjadi?
3.
Bagaimana pencatatan dalam buku kantor
pusat dan kantor cabang?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui persoal-persoalan yang
menyangkut hubungan antara kantor pusat
dan cabang.
2.
Untuk mengetahui sebab terjadinya
persoalan-persoalan tersebut.
3.
Untuk mengetahui posisi keuangan kantor pusat
dan kantor cabang.
1.4 Manfaat
1.
Mahasiswa dapat mengetahui persoalan
yang menyangkut hubungan kantor pusat dan cabang.
2.
Mahasiswa dapat mengetahui pada saat
terjadinya persoalan-persoalan tersebut.
3.
Mahasiswa dapat mengetahui pencatatan
pembukuan kantor pusat dan cabang.
BAB 2. TINJUAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Kantor Pusat dan Cabang
Operasi Suatu Cabang
1.
Beroperasi
sebagai unit usaha terpisah, dan di bawah pengendalian kantor pusat.
2.
Modal kerja (berupa
uang tunai, barang-barang dagangan, aktiva lainnya ) diberi oleh kantor pusat.
3.
Barang dagangan
dapat dibeli dari pihak ketiga, untuk jenis barang yang tersedia dari kantor
pusat.
4.
Aktivitas penjualan yang dilaksanakan, dimulai
untuk mendapatkan pembeli: mengirimkan barang / jasa ; membuat faktur penjualan
; menagih piutang ; menyimpan dalam rekening banknya sendiri.
5.
Pembatasan keleluasaan cabang operasi dapat
dilakukan kantor pusat, seperti :
a. Penerimaan kas dari hasil penjualan, pengumpulan
piutang, setiap harinya harus disetorkan atas nama rekening kantor pusat dalam jumlah
yang utuh.
b. Pembentukan
dana kas kecil untuk pengeluaran kas di cabang.
Akuntansi Suatu
Cabang
1.
Pencatatan
kegiatan kantor cabang dilakukan kantor pusat
Sifat kantor cabang memiliki
sifat seperti agen, desentralisasi akuntansi (pelaksanaan jurnal, buku besar
atau seperangkat buku yang terpisah) pada kantor pusat. Pencatatan data
akuntansi kantor cabang diperoleh kantor pusat melalui dokumen asli dan
ringkasan memo transaksi yang dilengkapi voucher, duplikat sebagai arsip
cabang.
2.
Pencatatan
kegiatan kantor cabang dilakukan kantor pusat dan kantor cabang
Pencatatan data akuntansi kantor cabang
diperoleh kantor pusat melalui duplikat jurnal, pencatatan dokumen asli ke
dalam jurnal dilakukan oleh kantor cabang. Pencatatan yang dilakukan kantor
pusat ke dalam rekening kantor cabang yang terpisah atau dimasukkan ke dalam
buku besar umum kantor pusat. Pada akhir periode akuntansi, kantor pusat
melakukan penyesuaian (adjusment)
dan menutup pembukuan (closing)
rekening kantor cabang untuk menetapkan besarnya laba-rugi cabang.
3.
Pencatatan
kegiatan kantor cabang dilakukan kantor cabang
Pencatatan data transaksi ke
dalam jurnal dan pemindah pembukuan ke dalam buku besar umum. Laporan keuangan
disusun secara periodik untuk di kirim ke kantor pusat, dan laporan keuangan
ini diperiksa oleh internal auditor kantor pusat. Penyelesaian penutupan saldo
buku-buku dilakukan oleh kantor cabang, maka hubungan kantor cabang dan kantor
pusat terlihat sebagai berikut :
a. Kantor Cabang
Digunakan rekening Kantor Pusat (Home Office) untuk penghubung dengan Kantor Pusat. Rekening kantor
pusat (Home Office) ini :
1)
Untuk kerugian
operasi kantor cabang.
di Debet : Untuk
pengiriman uang yang dilakukan oleh kantor cabang ke kantor pusat.
2) Untuk laba yang dihasilkan operasi kantor cabang.
di Kredit : Untuk
mencatat uang tunai, barang-barang dan aktiva lainnya yang diterima dari kantor
pusat.
Rekening kantor pusat menunjukkan jumlah
kewajiban kantor cabang.
a. Kantor Pusat
Digunakan Rekening Timbal Balik (Reciprocal Account) disebut dengan rekening :
b. Kantor Cabang (Branch
Office), atau Investasi pada kantor cabang (Invesment in Branch)
Rekening kantor cabang ini :
1)
Untuk laba yang
dihasilkan operasi kantor cabang.
di Debet : Untuk
pengiriman uang, barang-barang dan aktiva lainnya yang diserahkan ke kantor
cabang.
2)
Untuk kerugian
kantor cabang.
Kredit : Untuk
pengiriman uang tunai dari kantor cabang.
2.2 Laporan Keuangan kantor Pusat dan kantor Cabang
Laporan Keuangan Kantor Pusat
1. Penyusunan dilakukan setiap akhir periode fiskal untuk
memperlihatkan hasil operasi (perhitungan rugi laba) dan kondisi keuangan
(neraca).
- Rekening investasi pada kantor cabang (Invesment in Branch) terlihat sebagai aktiva (Assets) pada neraca kantor pusat.
- Penghasilan masing-masing kantor cabang dapat diperlihatkan pada laporan pendapatan (perhitungan rugi laba) kantor pusat.
Laporan Keuangan Kantor Cabang.
1. Penyusunan dilakukan setiap akhir periode fiskal
2. Neraca saldo cabang dapat
dilampirkan sebagai daftar pendukung saldo investasi pada kantor cabang.
3. Perhitungan rugi laba kantor cabang
dapat dilampirkan pada laporan pendapatan (perhitungan rugi laba) kantor pusat.
2.3 Penyusunan
Laporan Keuangan Gabungan Kantor Pusat dan Cabang.
1.
Tujuan
Penyusunan Penggabungan Laporan Keuangan
Penggabungan laporan keuangan (Neraca dan Perhitungan
Rugi Laba) kantor pusat dan kantor cabang dimaksudkan untuk memberikan gambaran
secara menyeluruh dari suatu unit usaha, yang diperlukan para pemegang saham,
kreditur dan kantor-kantor pajak.
2.
Persiapan
Penggabungan Laporan Keuangan
Persiapan penggabungan laporan keuangan harus
memperhatikan rekening-rekening (account)
yang bersifat timbal balik (reciprocal).
Rekening-rekening reciprocal harus dihapuskan (Elimination) pada neraca dan perhitungan rugi laba, yaitu :
a. Eliminasi untuk rekening-rekening reciprocal pada
neraca:
1. Rekening kantor pusat di dalam neraca kantor cabang
& rekening kantor cabang didalam neraca kantor pusat.
2. Rekening hutang dan piutang kantor pusat dan kantor
cabang:
b. Eliminasi untuk rekening-rekening reciprocal pada
perhitungan rugi laba:
1. Rekening pengiriman barang dagangan ke kantor cabang di dalam
perhitungan rugi laba kantor pusat dan rekening pengiriman barang dagangan dari
kantor pusat di dalam perhitungan rugi laba kantor cabang.
2. Rekening pendapatan dan biaya lainnya yang terjadi akibat transaksi di
antara kantor pusat dan kantor cabang.
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Persoalan-persoalan hubungan kantor pusat dan
cabang
Persoalan-persoalan
khusus di dalam akuntansi biasanya timbul (perusahaan menggunakan sistem
Desantralisasi), apabila hubungan antara kantor pusat dan cabang menyangkut
hal-hal berikut:
a. Pengiriman uang tunai
antar cabang (Interbranch Transfer of Cash)
b. Pengiriman
barang-barang antar cabang (Interbranch Transfer of Merchandise)
c. Barang-barang
yang dikirim untuk cabang dinota diatas harga pokok
1. Pengiriman Uang Tunai Antar Cabang
a. Hubungan Umum: Kantor cabang
mempunyai hubungan dengan kantor pusat dan pihak luar untuk transaksi
kas.
b. Hubungan khusus: Kantor pusat dapat meminta dan menyetujui kepada satu
kantor.
2. Pengiriman Barang Dagang
Antar Cabang
a. Hubungan Umum: Kantor pusat menyediakan barang
dagangan untuk masing-masing kantor cabang.
b. Hubungan Khusus: Kantor pusat dapat meminta dan
menyetujui pengiriman barang dagangan dari satu kantor cabang ke kantor cabang
lainnya.
c. Masalah Khusus: “Biaya Angkut ( Freight Charges )”
Yang dibebankan kepada dan dibayar oleh kantor cabang yang Mengirim kepada
kantor cabang yang menerima, serta perhitungan pembebanan biaya angkut di
kantor pusat, diantaranya:
a.
Kantor cabang
yang mengirim barang dagangan membayar biaya angkut dan memperhitungkan sebagai
beban kantor pusat.
b.
Kantor cabang
yang menerima barang dagangan dibebankan biaya angkut yang normal, seperti
halnya menerima barang dagangan dari kantor pusat.
c.
Kantor pusat
memperhitungkan biaya angkut untuk pengiriman barang antar cabang ke dalam
rekening Yaitu: Kelebihan biaya angkut dari biaya
angkut yang normal.
Dalam penyusunan perhitungan rugi-laba kantor pusat, rekening “kelebihan
biaya angkut untuk pengiriman barang dagangan antar kantor cabang” dilaporkan
sebagai subtraksi dari ikhtisar pendapatan kantor cabang (Summary of Branch Earnings) dibagian bawah dari perhitungan
rugi-laba.
3. Barang-barang untuk cabang
dinota diatas harga pokok.
Barang-barang yang dikirim oleh kantor pusat ke
cabang-cabang dinota diatas harga pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari
dua macam harga yang berikut:
1. Dinota
dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok (Billing at an arbitrary rate above cost).
a. Hubungan umum : Kantor pusat menyediakan barang
dagangan untuk masing-masing kantor cabang.
b.
Hubungan khusus
:Kantor pusat menetapkan harga dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga
pokok untuk setiap pengiriman barang dagangan ke kantor cabang.
Prosedur
akuntansi hubungan kantor pusat dengan
kantor cabang:
a. Pada saat pengiriman barang dagangan dari kantor pusat
ke kantor cabang. Peristiwa ini terjadi selama periode akuntansi.
b. Pada saat pelaporan nilai persediaan barang
dagangan oleh kantor cabang ke kantor pusat. Peristiwa ini terjadi pada akhir
periode akuntansi, dan kantor cabang mengirimkan pelaporan laba / rugi bersih.
2. Dinota dengan harga
jual eceran (Billing at retail sales
price).
a.
Hubungan Umum :
Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang.
b.
Hubungan Khusus
: Kantor pusat menetapkan dinota dengan harga jual eceran untuk setiap
pengiriman barang dagangan ke kantor cabang berdasarkan harga jual eceran.
Prosedur
akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang:
a.
Pada saat
pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang, terjadi selama
periode akuntansi. Akuntansi di HO dan BO sama dengan harga dinota dengan
tambahan % tertentu diatas harga pokok.
b.
Pada saat pelaporan nilai sisa persediaan
barang dagangan sekaligus pelaporan laba bersih oleh kantor cabang ke kantor
pusat, terjadi pada akhir periode akuntansi. Akuntansi di HO dan BO sama dengan
harga dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok.
3.2 Persoalan-persoalan
khusus terjadi
a. Pengiriman Uang antar
cabang
Pengiriman uang antar cabang (Interbranch transfer of cash) ini
terjadi apabila apabila perusahaan mempunyai cabang lebih dari satu. Untuk
mengendalikan aktifitas tiap-tiap cabangnya, biasanya kantor pusat mengadakan
pembatasan-pembatasan yang menyangkut hubugan antara cabang tertentu dengan
cabang lainnya. Pembatasan yang diadakan itu berhubungan dengan otorisasi
terhadap transaksi yang terjadi antara cabang tertentu dengan cabang lainnya
tersebut. Otorisasi terhadap transaksi demikian biasanya berada pada kantor
pusat. Dari segi akuntansinya, meskipun tiap-tiap cabang dianggap sebagai unit
usaha yang berdiri sendiri (sistem desantrilisasi), namun demikian pengecualian
terhadap transaksi antar cabang seperti itu diadakan agar hasil usaha tiap-tiap
cabang dapat lebih dikontrol oleh pusat.
b. Pengiriman barang
antar cabang
Seperti halnya pengiriman uang antar
cabang, dalam hal pengiriman barang antar cabang (Interbranch transfer of merchandise), maka otorisasi terjadinya
transaksi tersebut, biasanya ada pada kantor pusatnya. Terdapat persoalan
tersendiri apabila terjadi pengiriman barang dari cabang tertentu kepada cabng
lainnya.
Persoalan itu adalah tentang perlakuan
akuntansi terhadap biaya pengangkutan barang-barang yang bersangkutan. Dalam
hal pengiriman barang-barang dari kantor pusat ke suatu cabang biasanya
ongkos-ongkos pengangkutan untuk barang-barang tersebut diperhitungkan dan
menjadi beban kantor cabang, yaitu ditambahkan pada harga barang-barang yang
bersangkutan.
c. Barang-barang untuk
cabang dinota diatas harga pokok
Barang-barang
yang dikiri oleh kantor pusat ke cabang-cabang yang dinota diatas harga
pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut:
1. Barang-barang
untuk
cabang dinota dengan tambahan %tertentu diatas harga pokok dengan
tujuan antara lain:
a.
Untuk dapat mengontrol/mengendalikan
para pejabat dicabang, sehingga dapat diperoleh gambaran yang konkrit tentang
hasil-hasil usahanya.
b.
Untuk dapat menutup sebagian
ongkos-ongkos pengurusan dan pengawasan serta administrasi yang menyangkut
hubungan antara kantor pusat dan cabang.
Dengan menentukan harga barang-barang
untk cabang diatas harga pokoknya, sebenarnya bahwa laba yang dilaporkan adalah
lebih rendah dari yang sesungguhnya terjadi. Demikian pula laporan persediaan
akhir barang-barang yang yang ada di cabang-cabang tidak sesuai dengan harga
pokonya. Informasi terhadap harga pokok dan persediaan barang dagangan yang
berada dikantor cabangnya itu tetap harus dikumpulkan oleh kantor pusat, kaena
merupakan data penyesuaian atas hasil usaha cabang yang bersangkutan.
Selisih yang terjadi antara “harga
pokok” menurut kantor pusat dengan “harga dalam nota” untuk cabang (selisih
antara cost dan billed price) ditampung dalam rekening: cadangan (selisih)
kenaikan harga barang-barang cabang (Allowance
for overvaluation of branch merchandise).
2. Brang-barang untuk cabang dinota
dengan harga jual eceran dengan tujuan antara lain:
a. Untuk lebih memperketat kontrol dan mendapatkan informasi yang
lengkap tentang hasil-hasil operasi cabang.
b. Oleh karena harga jual eceran telah ditetapkan, maka apabila ada
laporan penjualan dari cabang, dapat segera diperkirakan saldo persediaan yang
ada dicabang tanpa menunggu sampai dengan laporan tentang persediaan itu
dibuat.
c. Mempermudah untuk pencocokan didalam mengadakan investarisasi phisik
barang di cabang, dimana jumlah persediaan phisik hars sama dengan perbedaan
antara harga yang dinota oleh kantor pusat dikurangi penjualan bersih yang
dilaporkan.
d. Melaksanakan kebijaksanaa harga jual yang sama terhadap beberapa
daerah pemasaran tertentu.
Apabila barang-barang untuk cabang
dinota dngan harga jual eceran,maka harga pokok penjualan dicabang otomatis,
sama dengan penjualannya. Aktivitas cabang akan menunjukkan kerugian dan
kerugian cabang tersebut sama dengan jumlah seluruh biaya usaha.
Laba atau rugi usaha yang sesungguhnya
dari usaha yang sesungguhnya dari usaha cabang hanya akan dapat diketahui oleh
kantor pusat. Pencatatan yang ada dikantor cabang yang tidak dapat menunjukkan
rugi dan laba usahanya itu, hanya dipakai untuk tujuan-tujuan statistik dan
perbandingan belaka.
3.3 Pencatatan dalam pembukuan kantor pusat dan
kantor cabang
a. Pengiriman Uang antar
cabang
Suatu perusahaan yang berkantor pusat
di Yogyakarta memerintahkan kepada cabang Bandung untuk mengirimkan uang
sebesar Rp. 100.000,00 kepada cabang Semarang.
Sesuai dengan uraian tersebut diatas, maka
pencatatan yang diperlukan oleh masing-masing pihak yang terlihat dalam
transaksi ini adalah sebagai berikut:
Buku-buku Kantor Pusat
|
|||
R/K Kantor Cabang
Semarang
|
Rp 100.000
|
||
R/K Kantor Cabang
Bandung
|
Rp 100.000
|
Cabang Bandung
|
|||
R/K Kantor Pusat
|
Rp
100.000
|
||
Kas
|
Rp
100.000
|
Cabang Semarang
|
|||
Kas
|
Rp
100.000
|
||
R/K Kantor Pusat
|
Rp
100.000
|
b. Pengiriman barang
antar cabang
Apabila terjadi pengiriman
barang-barang untuk cabang atas perintah
kantor pusat, maka perlakuan terhadap ongkos angkut (pengiriman) diatur sebagai
berikut:
a.
Ongkos angkut barang-barang dari cabang
tertentu ke cabang yang lain itu dibayar lebih dulu oleh cabang yang mengirim
dan nantinya akan diperhitungkan sebagai beban kantor pusat.
b.
Pembebenan ongkos angkut untuk cabang
yang menerima barang-barang kiriman itu diperhitungkan sesuai dengan ongkos
angkutapabila kantor pusat mengirimkan langsung kepada cabang penerima.
c.
Dalam buku-buku kantor pusat, selisih
yang terjadi dalam perhitungan pembebenan ongkos angkut antar cabang itu
diperlakuan sebagai “Selisih ongkos angkut barang-barang antar cabang” (Excess
Freigh On Interbranch Transfer of Merchandise).
Contoh:
PT. Aneka Batik di Yogyakarta,
mengirimkan sejumlah barang kecabang di Semarang seharga Rp. 500.000 Ongkos
angkut barang tersebut dari Yogyakarta ke Semarang adalah Rp. 25.000.
Beberapa hari kemudian oleh karena ada
perubahan kebijaksanaan, kantor pusat memerintahkan kepada cabang Semarang,
agar barang-barang yang baru diterima dikirimkan kecabang Bandung seluruhnya,
cabang Semarang melaksankan perintah tersebut dan membayar ongkos angkut
sebesar Rp. 60.000
Apabila kantor pusat langsung mengirim
barang-barang tersebut dari Yogyakarta ke Bandung hanya memerlukan ongkos
angkut Rp.70.000
Pencatatan
pada buku-buku kantor pusat, cabang Semarangdan Cabang Bandung akan nampak sebagai
berikut:
Pencatatan pada
Buku-buku Kantor Pusat
Transaksi-Transaksi
|
Jurnal
|
|||
1. Pengiriman
barang-barang kecabang Semarang, dengan harga pokok, sebesar Rp.500.000 dan
ongkos angkut Rp. 25.000 telah dibayar
|
R/K Kantor cabang Semarang
|
Rp
525.000
|
||
Pengiriman barang kecabag Semarang
|
Rp 500.000
|
|||
Kas
|
Rp
25.000
|
|||
2. Kantor pusat
memerintahkan kepada cabang Semarang, agar barang yang baru diterimanya
seharga Rp. 500.000 dikirimkan ke cabang Bandung
|
a. Pengiriman barang kecabang Semarang
|
Rp
500.000
|
||
Pengiriman barang kecabag Bandung
|
Rp 500.000
|
|||
b. R/K kantor cabang bandung
|
Rp
570.000
|
|||
Selisih ongkos angkut barang antar cabang
|
Rp
15.000
|
|||
Kantor cabang Semarang
|
Rp 585.000
|
Pencatatan pada Buku-buku Cabang Semarang
Transaksi-Transaksi
|
Jurnal
|
|||
1. Penerimaan
barang-barang dari kantor pusat, seharga
Rp.500.000 dengan ongkos angkut Rp. 25.000
|
Penerimaan
barang-barang dari kantor pusat
|
Rp
500.000
|
||
Ongkos angkut barang masuk (Freight In)
|
Rp 25.000
|
|||
R/K Kantor pusat
|
Rp
525.000
|
|||
2. Pengiriman
barang-barang ke cabang Bandung atas perintah kantor pusat.
Barang-barang yang
dikirim seharga Rp. 500.000 dengan ongkos angkut ke Bandung sebesar Rp.
60.000
|
R/K Kantor pusat
|
Rp
585.000
|
||
Pengiriman barang-barang dari kantor
pusat
|
Rp
500.000
|
|||
Ongkos angkut barang masuk
|
Rp 25.000
|
|||
Kas
|
Rp 60.000
|
Pencatatan pada
Buku-buku Cabang Bandung
Transaksi-Transaksi
|
Jurnal
|
|||
1. Penerimaan
barang-barang dari cabang Semarang tas perintah Kantor Pusat, seharga Rp.500.000 dan ongkos angkut normal
dari Yogyakarta-Bandung Rp. 70.000
|
Pengiriman barang dari kantor pusat
|
Rp
500.000
|
||
Ongkos angkut barang masuk (Freight In)
|
Rp 70.000
|
|||
R/K Kantor pusat
|
Rp
570.000
|
Keterangan:
Didalam
laporan keuangan kantor pusat secara individual saldo rekening “Selisih ongkos
angkut antar barang antar cabang” dapat dicantumkan sebagai pengurang daripada rugi-laba
cabang penerima yang terakhir.
Akan tetapi dalam laporan keuangan gabungan
(Perhitungan rugi-laba gabungan), saldo “Selisih ongkos angkut barang-barang
antar cabang” tersebut dapat dicantumkan/dicatat sebagai bagian dari: harga
pokok yang dijual, biaya penjualan, ataupun biaya administrasi & umum.
Masalah alokasi pembebanan ini tergantung kepada
bagian yang bertanggung jawab atas transfer barang-barang tersebut.
c. Brang-barang untuk
cabang dinota diatas harga pokok
1. Barang-barang
untuk
cabang dinota dengan tambahan %tertentu diatas harga pokok.
Contoh:
Barang-barang
yang harga pokoknya (cost) Rp.
500.000 dikirimkan oleh kantor pusat kepada cabangnya, dengan harga setelah
dinaikkan 25% dari harga pokok atau sejumlah Rp. 625.000.
Pencatatan pada buku-buku kantor pusat dang cabang
akan tampak sebagi berikut:
Transaksi-Transaksi
|
Buku-buku kantor
pusat
|
|||
Pengiriman
barang-barang dari cabang harga pokok
Rp.500.000 dinota seharga Rp. 625.000
|
R/K Kantor cabang
|
Rp
625.000
|
||
Pengiriman barang-barang ke kantor cabang
|
Rp
500.000
|
|||
Cadangan kenaikan harga barang-barang
cabang
|
Rp
125.000
|
Transaksi-Transaksi
|
Buku-buku Kantor
Cabang
|
|||
Pengiriman
barang-barang dari cabang harga pokok
Rp.500.000 dinota seharga Rp. 625.000
|
Pengiriman barang-barang ke kantor cabang
|
Rp
625.000
|
||
R/K Kantor cabang
|
Rp 625.000
|
Keterangan:
Apabila
barang telah laku dijual oleh cabang, maka laba yang diakui oleh kantor pusat
disamping selisih antara harga jual cabang dengan harga dinota, juga
diperhitungkan cadangan kenaikan harga yang ada. Sesuai dengan jumlah yang
terjual menurut laporan dari cabang yang bersangkutan. Biasanya perhitungan
untuk mengurangi “Cadangan kenaikan harga barang-barang cabang” dilakukan
pada akhir periode.
Rekening cadangan kenaikan harga barng-barang
cabang ini dikurangi proporsional degan jumlah yang terjual, sehingga saldonya
menjadi sejajar dengan tambahan/kenaikan harga atas persediaan yang masih ada
di cabang.
Contoh:
Misalnya
pengiriman barang seperti contoh dimuka dari harga pokok sebesar Rp. 500.000
dengan harga nota untuk cabang Rp. 625.000, pada akhir periode kantor cabang
melaporkan bahwa persediaan barang yang ada seharga Rp. 400.000, sedang laporan
perhitungan laba rugi cabang menunjukkan laba bersih Rp. 50.000.
Pencatatan pada buku-buku kantor pusat dan cabang
akan tampak sebagai berikut:
Transaksi-Transaksi
|
Buku-buku Kantor
Pusat
|
|||
1. Laporan
perhitungan Rugi-Laba menunjukkan laba bersih Rp. 50.000
|
R/K Kantor cabang
|
Rp
50.000
|
||
Rugi-Laba Kantor Cabang
|
Rp
50.000
|
|||
2. Penyusuaian
saldo cadangan dengan kenaikan barang-barang cabang dengan saldo persediaan
barang-barang dikantor cabang dan koreksi terhadap laba cabang
|
Cadangan kenaikan harga barang-barang
cabang
|
Rp
45.000
|
||
Rugi-Laba Kantor Cabang
|
Rp
45.000
|
|||
3. Menutup
Rugi-Laba cabang ke Rugi-Laba Umum
|
Rugi-Laba Kantor cabang
|
Rp
95.000
|
||
Rugi Laba
|
Rp 95.000
|
Transaksi-Transaksi
|
Buku-buku Kantor
Cabang
|
|||
1. Laporan
perhitungan Rugi-Laba menunjukkan laba bersih Rp. 50.000
|
Rugi-Laba
|
Rp
50.000
|
||
Rugi-Laba Kantor Pusat
|
Rp
50.000
|
|||
2. Penyusuaian
saldo cadangan dengan kenaikan barang-barang cabang dengan saldo persediaan
barang-barang dikantor cabang dan koreksi terhadap laba cabang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3. Menutup
Rugi-Laba cabang ke Rugi-Laba Umum
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Dari jurnal-jurnal tersebut diatas, dan berdasarkan laporan dari cabang,
barang-barang yang terjual adalah sebesar Rp. 225.000 (Rp. 625.000,00-Rp. 400.000)
Barang seharga Rp. 225.000 kini adalah berdasarkan harga nota dari
kantor pusat setelah ditambah kenaikan harga sebesar 25%.
Jadi harga pokok sebenarnya dari jumlah tersebut adalah:
100/125 x RP 225.000 = Rp 180.000.
Dengan demikian maka kenaikan harga untuk barang-barang
yang telah terjual oleh cabang adalah sebesar Rp. 45.000 (Rp. 225.000-Rp. 180.000).
Oleh karena itu rekening “Rugi-Laba Cabang” dikoreksi dengan
ditambah (dikredit) sejumlah Rp 45.000. Saldo rekening Cadangan
kenaikan harga barang-barang cabang” pada akhir periode tinggal: Rp. 80.000 (Rp. 125.000- Rp. 45.000)
Jumlah ini akan proposional dengan saldo persediaan di cabang yang
berjumlah sebesar Rp 400.000,00 di mana di dalamnya terkandung kenaikan harga
sebesar 25% dari harga pokoknya.
Laporan keuangan
gabungan apabila barang-barang cabang dinota diatas harga pokok.
Penyusunan laporan keuangan gabungan untuk barang
yang dikirimkan antar cabang dicatat dengan harga pokoknya (at cost), relatif
lebih mudah seperti dijelaskan pada bab sebelumnya.
Apabila
barang-barang untuk cabang dinota dengan harga yang berbeda dari harga
pokoknya, maka akan timbul persoalan-persoaln khsus didalam penyusunan laporan
keuangan gabungan.
Persoalan-persoalan
khusus yang perlu diperhatikan antara lain:
1.
Persediaan akhir barang-barang pada
neraca kantor cabang yang nilainya berbeda dari harga pokok sebenarnya, harus
dinyatakan kembali dalam nilai harga pokok semula, agar memungkinkan penyusunan
neraca gabungan.
2.
Persediaan awal dan akhir barang-barang
pada laporan perhitungan rugi/laba cabang harus dinyatakan kembali dalam harga
pokok yang sebenarnya.
3.
Untuk mempermudah penyusunan laporan
keuangan gabungan biasanya daftar lajur (working
papers) dibuat atas dasar data neraca sisa dari usat dan cabangnya
Agar dapat diperoleh gambaran yang lebih lengkap
di bawah ini diberikan contoh sebagai berikut :
Contoh 5 :
PT Artha, di Jakarta mempunyai sebuah
cabang di Medan.Terhadap barang-barang yang dikirim ke cabangnya, PT Artha
membebankna harga barang-barang tersebut 125% dari harga pokoknya.Di samping
menerima barang-barang dari kantor pusat, cabang Medan diberi kebebsan pula
untuk membeli barang lokal yang diperlukannya.
Berikut ini adalah neraca sisa PT di Jakarta beserta cabangnya di
Medan untuk periode akhir tahun buku 2012:
PT. ARTHA
Neraca Sisa, per 31 Desember 2012
Kantor Pusat Jakarta
|
Kantor Cabang Medan
|
||
Debit:
|
|||
Kas
|
Rp 352.000
|
Rp
189.000
|
|
Piutang Dagang
|
Rp
280.000
|
Rp
150.000
|
|
Persediaan Barang 1
Januari 2012
|
Rp
400.000
|
Rp
180.000
|
|
Aktiva Tetap
|
Rp
120.000
|
Rp
90.000
|
|
R/K Kantor Cabang
Medan
|
Rp
434.000
|
Rp -
|
|
Pembelian
|
Rp
880.000
|
Rp
100.000
|
|
Pengiriman Barang
dari Kantor Pusat Jakarta
|
Rp -
|
Rp
240.000
|
|
Macam-Macam Biaya
Usaha
|
Rp
200.000
|
Rp
80.000
|
|
Deviden yang dibagi
|
Rp
80.000
|
Rp -
|
|
Jumlah
|
Rp
2.746.000
|
Rp
1.029.000
|
|
Kredit:
|
|||
Cadangan
Kenaikan Harga Barang-barang cabang
|
Rp 68.000
|
Rp -
|
|
Aktiva
Depresiasi Aktiva Tetap
|
Rp 60.000
|
Rp 45.000
|
|
Hutang Dagang
|
Rp 280.000
|
Rp 50.000
|
|
Pengiriman
Barang-barang ke Cabang Medan
|
Rp 192.000
|
Rp -
|
|
Penjualan
|
Rp 1.200.000
|
Rp 500.000
|
|
Modal Saham
|
Rp 800.000
|
Rp -
|
|
Laba yang
ditahan, 1 januari 2012
|
Rp 146.000
|
Rp -
|
|
R/K Kantor
Pusat Jakarta
|
Rp -
|
Rp 434.000
|
|
Jumlah
|
Rp 2.746.000
|
Rp 1.029.000
|
Diketahui bahwa pada tanggal 31 Desember 2012,
persediaan barang yang ada pada masing-masing pihak adalah:
Kantor Pusat Jakarta
|
Kantor Pusat Jakarta
|
Kantor Cabang Medan
|
Harga Pokok (dibeli
dari luar)
|
Rp 320.000
|
Rp 40.000
|
Harga Nota (dibeli
dari pusat)
|
Rp -
|
Rp
80.000
|
Jumlah
|
Rp 320.000
|
Rp 120.000
|
Atas dasar data tersebut di atas, maka daftar lajur dan
laporan keuangan yang disusun dari daftar lajur tersebut dapat dilihat pada
halaman – halaman yang berikut ini :
PT. ARTHA
Daftar lajur Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan
Kantor Pusat dan Cabang
Per 31 Desember 2012
Kantor Pusat
|
Kantor Cabang
|
Penyerahan&Eliminasi
|
Rugi-Laba Gabungan
|
Laba yang ditahan
|
Neraca Gabungan
|
|||||
D
|
K
|
D
|
K
|
D
|
K
|
D
|
K
|
|||
Debit:
|
||||||||||
Kas
|
352
|
189
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
541
|
-
|
Piutang Dagang
|
280
|
150
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
430
|
-
|
Persediaan Barang 1
Jan
|
400
|
180
|
-
|
20
|
560
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Aktiva Tetap
|
120
|
90
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
210
|
-
|
R/K Kantor Cabang
Medan
|
434
|
-
|
-
|
434
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Pembelian
|
880
|
100
|
-
|
-
|
980
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Pengiriman Barang
dari Kantor Pusat Jakarta
|
-
|
240
|
-
|
240
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Macam-Macam Biaya
Usaha
|
200
|
8
|
-
|
-
|
280
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Deviden yang dibagi
|
80
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
80
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
2.746
|
1.029
|
||||||||
Persediaan
Barang-barang, 31 Des 2012
|
320
|
120
|
-
|
16
|
-
|
-
|
-
|
-
|
424
|
-
|
Kredit:
|
||||||||||
Cadangan Kenaikan Harga
brg.Cabang
|
68
|
-
|
48
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
20
|
||||||||||
Akumulasi
Depresiasi Aktiva Tetap
|
60
|
45
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
105
|
Hutang
|
280
|
50
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
330
|
R/K Kantor Pusat
|
-
|
434
|
434
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Modal Saham
|
800
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
800
|
Laba yang ditahan,
1 Jan 2012
|
146
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
146
|
-
|
-
|
Penjualan
|
1.200
|
500
|
-
|
-
|
-
|
1.700
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Pengiriman
Barang-barang ke Cabang Medan
|
192
|
-
|
192
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Persediaan
Barang-barang, 31 Des 2012
|
2.746
|
1029
|
||||||||
Laporan Rugi-Laba
|
320
|
120
|
16
|
-
|
-
|
424
|
-
|
-
|
-
|
-
|
710
|
710
|
1.820
|
2.124
|
80
|
146
|
1.605
|
1.235
|
|||
Laba Bersih
dipindah ke Laba yang ditahan
|
304
|
-
|
-
|
304
|
-
|
-
|
||||
2.124
|
2.124
|
|||||||||
Saldo Laba yang
ditahan dipindah ke Neraca
|
370
|
-
|
-
|
370
|
||||||
450
|
450
|
1.605
|
1.605
|
Penjelasan (untuk Penyesuaian dan Eliminasi)
1)
Rekening-rekening Neraca yang sifatnya
timbal-balik (reciprocal) dieliminasi
dengan jurnal:
R/K Kantor Pusat Rp. 434.000
R/K Kantor Cabang Medan Rp. 434.000
2)
Saldo rekening Rugi-Laba yang sifatnya
timbal-balik antara Kantor Pusat dan Cabang dieliminasi dengan jurnal:
Pengiriman Barang-barang ke
Cabang Medan Rp.
192.000
Cadangan Kenaikan Harga
Barang-barang
Cabang
(25% x Rp. 192.000) Rp. 48.000
Pengiriman barang-barang
Dari Kantor Pusat Rp. 240.000
3)
Saldo awal rekening “Cadangan Kenaikan
Harga Barang-barang Cabang” pada 1-1-2012 adalah sebesar Rp. 20.000. Kenaikan
ini diperhitungkan atas saldo awal persediaan barang-barang yang masih ada di
Cabang Medan.
Oleh
karena itu saldo kenaikan harga ini harus dieliminasi dengan jurnal :
Cadangan Kenaikan Harga Barang-
barang cabang
Rp. 20.000
Persediaan Brang-barang
1-1-2012 Rp.
20.000
4)
Persediaan akhir barang-barang yang ada
di Cabang, yang asalnya dari Kantor Pusat, baik untuk kepentingan perhitungan
Rugi-Laba maupun Neraca Cabang, masih mengandung unsur kenaikan harga sebesar
25%.
Barang-barang
dari Kantor Pusat yang ada di Cabang adalah sebesar harga nota Rp. 80.000.
Berhubung
dengan itu unsur kenaikan itu harus dieliminasi degan jurnal:
Persediaan barang-barang
31-12-2012 (Laporan Rugi-Laba) Rp. 16.000
Persediaan
barang-barang
31-12-2012
(Neraca)
(25/125
x Rp. 80.000 = Rp. 16.000) Rp.16.000
Tentang Proses penutupan buku-buku
baik di Cabang dan di Kantor Pusat untuk mengikhtisarkan rekening Rugi-Laba
serta pemindahannya ke Rekening Kantor Pusat maupun Laba yang Ditahan dilakukan
seperti biasa.
Adapun Laporan Perhitungan Rugi-Laba
gabungan Laporan Laba yang ditahan dan Neraca Gabungan yang disusun dari daftar
lajur tersebut adalah sebagai berikut:
PT. ARTHA
Laporan Rugi Laba Gabungan
Kantor Pusat dan Cabang
Per Tahun Buku 2012
Penjualan Rp.
1.700.000
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan
barang-barang, 1-1-2012 Rp. 960.000
Pembelian Rp. 980.000
Rp.
1.540.000
Persediaan
Barang-barang, 31-12-2012 Rp. 424.000
Rp.
1.116.000
Laba
Kotor Penjualan Rp. 584.000
Macam-macam Biaya Usaha Rp. 280.000
Laba Bersih Rp. 304.000
PT. ARTHA
Laporan Laba yang Ditahan
Kantor Pusat dan Cabang
Per 31 Desember 2012
Saldo Laba yang Ditahan, 1-1-2012 Rp.
146.000
Laba Bersih Tahun 2012 Rp.
304.000
Rp.
450.000
Dikurangi: Dividen yang dibagi Rp. 80.000
Saldo Laba yang Ditahan 31-12-2012 Rp.
370.000
PT. ARTHA
Neraca Gabungan Kantor Pusat dan Cabang
Per 31 Desember 2012
Aktiva
|
Passiva
|
||
Kas
|
Rp 541.000
|
Hutang Dagang
|
Rp 330.000
|
Piutang Dagang
|
Rp 430.000
|
Modal Saham
|
Rp 800.000
|
Persediaan
Barang-barang
|
Rp 424.000
|
Laba yang Ditahan
|
Rp 370.000
|
Aktiva Tetap Rp.210.000
|
|||
Akum. Depr. (Rp.105.000)
|
|||
Rp 105.000
|
|||
Jumlah Aktiva
|
Rp 1.500.000
|
Jumlah Passiva
|
Rp 1.500.000
|
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setiap
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang, akan ada persoalan-persoalan khusus di dalam
akuntansi yang terjadi di perusahaan tersebut.
Dan persoalan-persoalan yang terjadi didalam
akuntansi akan dicatat dalam pembukuan dengan menggunakan Sistem Desentralisasi
yang artinya setiap susunan dan klasifikasi rekening-rekening pembukuan pada
tiap-tiap kantor cabang mengikuti dan sesuai dengan susunan & klasifikasi
yang dipakai pada kantor pusatnya.
Terima kasih banyak, exactly what I need :')
BalasHapusCukup bagus, namun penjelasan mengenai R/K Pusat-Cabang perlu mendetil lagi
BalasHapus